Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerita Rakyat Bangka Belitung : Kedawung

Cerita Rakyat Bangka Belitung : Kedawung - Cerita Kedawung berawal dari kehidupan pasangan suami isteri yang sangat harmonis yang bertempat tinggal di daerah pesisir Belitung Timur. Sejak awal kehidupan, pasangan suami isteri ini diliputi oleh pasang surut kehidupan. Adakalanya mereka sedih dan adakalanya bahagia, seperti perputaran roda. 

Cerita Rakyat Bangka Belitung : Kedawung

Tibalah pada waktunya, pasangan suami isteri ini mendapat suatu anugerah kebahagiaan yang tiada terkira, yakni mereka mendapat kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk menimang anak. Karena selama menikah bertahun-tahun, mereka belum mendapatkan keturunan. Di awal kehamilan, sang isteri selalu mengidam hal-hal yang aneh-aneh dibandingkan kebayakan ibu hamil ketika mengalami masa ngidam.

Di masa ngidamnya itu, sang isteri selalu meminta agar sang suami menyediakan ikan-ikan segar setiap hari. Ketika menginjak usia kehamilan yang kelima bulan terlontarlah keinginan sang isteri agar sang suami dapat secepatnya memperoleh uang dan ikan dalam jumlah yang besar. Padahal pada masa itu adalah masa tersulit para nelayan untuk mencari ikan di laut. Para nelayan lebih berdiam diri di rumah daripada melaut. Hal ini dikarenakan cuaca yang tidak baik dan kurang bersahabat.

Namun karena permintaan sang isteri yang kukuh, membuat hati suami menjadi luluh dan mengabulkan  keinginan sang isteri.  Maka pergilah sang suami ini melaut dalam cuaca laut yang tidak bersahabat. Dalam perjalanan melaut inilah, berbagai pikiran mulai terlintas di benak sang suami yang mana dalam setiap detik, setiap menit badai menerpa perahu yang dia kemudi. Dengan susah payah, suami berupaya untuk bertahan menghadapi cuaca badai tersebut. Sempat terlintas dalam benaknya untuk menyerah dan pulang saja, namun dia teringat pesan isterinya yang yang sangat menginginkan kekayaan yang berlimpah dengan hasil tangkapan ikan yang sangat banyak.

Namun tiba-tiba Krakkk…Krakkkkk… terdengar bunyi perahu yang sepertinya terkoyak oleh ombak badai yang begitu dasyat menghantam. Dalam suasana panik sang suami melepaskan bajunya untuk menutupi bagian perahu yang terkoyak tersebut. Kemudian tanpa sadar badai besar menyapu bersih perahunya hingga tenggelam. Namun Tuhan yang maha Kuasa masih memberikan pertolongan kepadanya dengan menyelamatkan sang suami tersebut pada tepian pantai pulau tak di kenal.

Ketika dia membuka matanya tak didapatinya perahu dan perlengkapan melautnya. Dia memandangi keadaan sekeliling tempat dia terdampar sembari berucap..” Tuhan dimanakah gerangan, Hamba berada ini?..”Dia berusaha bangun dari posisinya terbaring dan melangkah dengan tertatih-tatih menuju pohon kelapa untuk berteduh. 

Tanpa disadari, dia tersandung sebuah benda yang aneh, yakni potongan  tubuh manusia. Begitu terkaget-kagetnya sang suami, “Jangan-jangan pulau ini pernah menjadi tempat pembunuhan masal atau tempat para nelayan terdampar dan tidak dapat pulang kembali lantaran tidak ada perahu atau kapal untuk berlabuh.” Tubuh sang suami tersebut sempat bergetar ketakutan, berbagai pikiran negatif mulai mengelayuti benaknya.

Di saat pikirannya dipenuhi rasa cemas, dari kejauhan sang suami ditampakan dengan seseorang yang sedari tadi mengamatinya. Rasa ketakutan pun semakin menjadi, “jangan-jangan dialah sang pembunuh manusia-manusia ini,” gumamnya dalam hati. “Kisakak!!...Kisanak!!!” panggil orang tersebut. 

Terhentak sejenak sang suami ini, diam tak menjawab sembari terus menyusun kesadarannya dari orang yang memanggil tersebut. Dalam ketidakpercayaannya itu, tanpa tersadari  perlahan tapi pasti orang misterius itu menghampirinya. Tubuhnya kembali bergetar berusaha mengendalikan ketakutan dalam dirinya. “Kisanak!! Bagaimana keadaanmu? Adakah yang terluka?” tanya orang misterius itu.

“e…e..b.... baik hanya kaki saya yang terkilir….,” jawab sang suami. “ikutlah dengan saya!..akan saya obati luka di kakimu,” kata orang misterius itu. Sang suami itu terdiam seketika saat tubuhnya dibopong oleh orang yang tidak dikenal tersebut. Tubuh rasanya kaku, ingin rasanya melarikan diri, namun begitu sang suami mencoba menenangkan dirinya dengan menggagap orang itu memang berniat baik tanpa mencurigainya.

Sampailah mereka pada sebuah gubuk di tengah pulau, kemudian orang misterius tersebut membaring tubuh sang suami di amben depan rumahnya. “istirahatlah dulu di sini sebentar..! akan saya ambilkan obat sebentar,” kata orang tersebut. Dengan memandangi sekeliling gubuk, sang suami menangkap ada tiang yang di atasnya terpampang kepala tengkorak manusia. 

Dengan hati penuh debar sang suami ini pun mulai merasa ketakutan kembali. “Kisanak.. Sini saya obati” sergah orang misterius itu membuyarkan lamunan sang suami. “ Kisanak hendak dari mana, dan hendak kemana?” “e.e…e.. saya hendak melaut tuan..” jawab sang suami tersebut. “Ha..ha.. jangan panggil saya tuan, panggil saya pak odan.” “I..iya…” jawabnya

“Saya tahu kamu pasti ketakutan melihat keadaan “gubuk,”  rumah saya ini. Ha…ha…ha.. jangan takut saya tidak akan melukai Kisanak..” Sang suami tersebut hanya menganggukkan kepala seraya mencoba untuk senyum kepada orang misterius itu. Ia meyodorkan kakinya yang terluka akibat hantaman benda tumpul.

“Wah…ini kan lumayan lama sembuhnya kisanak…, apakah kisanak tidak keberatan untuk bermalam di gubuk saya ini?” “Ti…Ti…tidak Pak O..o..Odan” jawab sang suami tersebut. Orang misterius yang minta dipanggil pak Odan ini pun tersenyum dan masih memegangi kaki sang suami tersebut seraya meratakan obatnya ke seluruh bagian kaki yang terluka .

“Tadi kisanak belum menjawab pertanyaan saya.” Dengan menahan napas sang suami tersebut mengisahkan perjalanan melautnya untuk mencari rizki yang banyak sehingga kekayaan akan cepat dia peroleh untuk memenuhi keinginan sang isteri yang sedang hamil muda. Kemudian Pak Odan menawarinya mempelajari ilmu guna mempercepat keinginan mereka untuk cepat kaya dengan cara sang isteri dijadikan objek untuk mencari korban. Sehingga apabila sang isteri mendapat korban maka sanmg suami yang sedang melaut akan mendapatkan ikan berlimpah ruah dan bisa cepat menjadi kaya raya.

Lalu sang suami tersebut tertegun sebentar memikirkan apa yang sedang ditawarkan oleh pak Odan tersebut. Sembari bertanya.. “apakah gerangan yang menjadi korban nantinya Pak Odan.” Orang Misterius yang dipanggil Pak Odan itu menjawab “ Manusia Kisanak”

Sang suami sempat terkejut dan mencoba mengurungkan niatnya, namun kembali dia teringat oleh pesan sang isteri yang sangat disayangi. Maka dari itu, dia kemudian membulatkan tekad untuk berguru kepada Pak Odan agar dapat mengabulkan permohonan isterinya.

Pak odan atau orang misterius itu pun tertawa “ha..ha..ha.. bagus...bagus....bagus.” “Namun, kisanak harus bersedia untuk saya didik dan latih agar ilmu yang akan kisanak salurkan pada isteri kisanak nanti dapat berjalan dengan lancar dan baik, lalu perlu kisanak tahu bahwa kisanak harus merahasiakan ini semua dari masyarakat sekitar, serta kisanak harus bersedia menyediakan satu kamar khusus untuk isteri kisanak. Pada saat, isteri kisanak mulai beraksi.” “Baik Pak Odan saya bersedia” jawab sang suami tersebut

Kemudian hari demi hari telah berlalu, minggu berganti bulan yang tidak terasa semua persyaratan yang diminta oleh Guru sang suami tersebut telah terpenuhi. Ternyata ilmu yang coba dia pelajari dan yakini adalah ilmu hitam untuk memperoleh kekayaan secara cepat dan instan. “Kisanak semua ilmu telah kau pelajari dank au penuhi dengan sangat baik, saya sangat senang dengan keteguhan hati kisanak untuk  membahagiakan isteri kisanak, nanti akan saya bantu kisanak untuk membuat perahu agar kisanak dapat kembali ke rumah kisanak, namun ingat pantangan yang sudah saya kasih tahukan pada kisanak.” “Baik pak Odan…..saya akan mengingatnya dengan baik”

Lalu sembari mereka membuat perahu untuk kembali ke Pulau tempat tinggalnya, sang suami ini merasa ketakutan karena tidak membawa apa-apa kepada isterinya nanti. Kemudian dia mengemukakan kegelisahan hatinya ini kepada Pak Odan. Setelah pak odan mengetahui kegelisahan hati anak didiknya tersebut, dia membekali anak didiknya dengan sebongkah emas namun sesampainya di Rumah dia harus membayarnya dengan memberikan korban.

Setelah sekian lama mereka membuat perahu, perahu tersebut sudah bisa digunakan untuk berlayar sang suami. Keesokan paginya, Sang Suami tersebut mulai berpamitan dengan Gurunya dan berangkat kembali menuju rumahnya. Dalam perjalanan pulang sang suami ini selalu membayangkan wajah berseri sang isteri yang pasti sedang menanti kedatangannya.

Beberapa hari kemudian, sampailah perahu milik sang suami ini di kampung halaman.  Seraya tidak sabar sang suami tersebut terburu-buru menuju ke rumahnya. Sesampainya suami tiba di rumah, dia menemui isterinya yang sedang berada di dapur. “Isteriku…!” panggil sang suami itu. “Suamiku… kau sudah pulang rupanya , aku sudah lama menunggumu, aku sangat khawatir.” 

Tempo hari, ada tetangga memberitahu bahwa perahumu terkena badai, aku sangat khawatir sekali….” Sambut sang isteri sembari memeluk suaminya yang baru pulang tersebut. “Sudahlah isteriku yang penting sekarang aku selamat tiada kurang satu apapun,” sergah suaminya. “Suamiku apabila kau tidak dapat memenuhi permintaanku aku sudah ikhlas tidak mengharapkan lagi.”

Sang suami tersenyum mendengar penuturan isterinya seraya membelai perut isterinya yang makin lama makin buncit. “Jangan khawatir isteriku, aku akan mewujudkan keinginanmu, lihatlah!!” jawab suaminya seraya mengeluarkan sebongkah emas yang diberikan gurunya kepadanya. Melihat emas yang di bawa suaminya, isterinya sangat bahagia dan terkejut.

“Suamiku, Dimana  kau mendapatkan emas ini?” Tanya isterinya seraya memegangi sebongkah emas tersebut. “Ini dari guruku isteriku, pada waktu aku terkena badai, dialah yang merawat dan mengajariku berbagai hal terutama bagaimana cara agar kita mendapat kekayaan dengan sangat cepat.” “Apa suamiku… benarkah?” Isterinya begitu antusias.  “Iya, nanti malam kau akan tau sendiri, dan aku sangat mengharap bantuanmu.” Seraya tersenyum, sang isteri membawa suaminya untuk makan masakan yang telah dimasaknya.

Tibalah malam yang dinanti-nantikan oleh sang suami tersebut. Dalam suasana malam yang dingin mencekam, sang suami menghampiri isterinya dan membisikkan mantra-mantra yang telah diajarkan oleh gurunya. Dan pada saat itu juga, di tengah malam tersebut, sang isteri mulai terlihat gelisah dan gatal-gatal. Setelah melihat kondisi isterinya yang seperti itu, sang suami lalu keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar lainnya dan menguncinya.

Sang isteri yang telah berubah menjadi Kedawung atau semacam mahkluk yang mengerikan mencari mangsa manusia. Pada waktu pencarian korban didapatilah nelayan yang sedang berada di tepi pantai. Keesokan paginya, sang isteri kembali normal dan dia merasa kaget ketika mendapati tubuhnya dan pakaiannya penuh pasir, bercampur darah. Lalu dia memanggil suaminya.

“Suamiku!..suamiku!! kesinilah!!” teriak sang isteri memanggil suaminya. “Ada apa isteriku” jawab suaminya seraya memegang tangan isterinya yang gemetar.“Lihatlah banyak darah dikamar ini, pakaianku terkoyak, ada apakah gerangan suamiku?” 

Suaminya kemudian menjelaskan mengapa semua itu bias terjadi, dan apabila isterinya berhasil mendapatkan korban, maka sudah barang tentu besok suaminya akan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang luar biasa banyaknya ketika melaut. Mendengar penjelasan suaminya, sang isteri pun menangis sejadi-jadinya, dia bertanya mengapa bisa menjadi seperti ini, sejatinya dia tidak menghendaki ini semua. 

Dia menginginkan kaya dengan jalan yang benar, namun apa boleh di kata nasi telah menjadi bubur. Sang jabang bayi yang dikandungnya belum keluar, namun dia sudah membuat dosa besar dengan menjadi pemangsa sesama manusia. Sang suami sangat sedih melihat reaksi isterinya, namun apa dikata dia tidak dapat mencabut apa yang telah dilakukannya. 

Karena kata guru Adon apabila sekali sudah meminta korban, maka seterusnya akan begitu dan hanya menunggu malam-malam tertentu ketika ilmu hitam itu mulai bekerja maka sang isteri akan berubah menjadi Kedawung. Masyarakat pulau lambat laun mulai geram dengan keberadaan mahkluk pemangsa manusia ini. Dengan kesepakatan bersama, mereka berniat akan menangkap kedawung ketika mulai beraksi mencari korban.

Tibalah pada malam naas pasangan keluarga ini, malam itu masyarakat telah bersiap-siap berjaga-jaga pada tiap-tiap pos jaga maupun rumah. Di saat mahluk itu beraksi, Ketika itu  seorang warga masyarakat menyaksikan wujud aslinya yang besar dengan rambut gimbal terurai panjang dan berjalan seperti mahkluk aneh menuju sumur warga setempat. Dengan tubuh yang gemetaran, penduduk tadi berusaha memaksakan tubuhnya untuk bergerak memanggil masyarakat lain untuk bersama-sama menangkap mahluk itu. 

Namun ketika baru akan ditangkap Kedawung ini menggeram dan marah seperti hendak menerkam. Namun oleh warga yang  membawa banyak senjata tajam mencoba untuk melukai mahkluk itu. Meskipun terluka, mahkluk itu berhasil lolos dari kepungan warga dan lari kearah pantai. Dikarenakan kekesalan yang memuncak, warga terus mengejar sehingga membuat mahkluk itu menerjang arus laut dan menenggelamkan diri.

Keesokkan harinya, sang suami yang sedari malam berada dirumah dan memanjatkan mantra menyadari isterinya telah tertangkap warga. Oleh sebab itu, dia pun bergegas mencari isterinya. Tak kalah pula warga masih mencari mahkluk itu di sekitar pantai. Di dalam pencariannya itu, warga masyarakat mendapati tubuh wanita hamil tua telah meninggal dunia di pinggir pantai.  Mendengar kabar isterinya meninggal, sang suami merasa tidak terima dengan perlakuan warga terhadap isterinya. Di pantai itulah, dia menghujat seluruh warga masyarakat. Pada hari itulah, seluruh warga masyarakat tahu bahwa sang suami ini telah menganut ilmu hitam atau ilmu sesat sehingga tanpa sadar dia telah mengorbankan dirinya dan isteri yang dia cintai. 

Meskipun sang suami itu sekarang telah kaya raya di desa itu, namun hidupnya terasa hampa tanpa adanya isteri disisinya. Di akhir kisah ini, ketika suami ini melaut dikabarkan bahwa dia bersama perahunya tenggelam terkena ombak atau badai besar dan tubuhnya ditemukan telah meninggal dunia  oleh para nelayan setempat.

Cerita Rakyat Bangka Belitung : Kedawung sampai sekarang masih beredar dan dituturkan oleh para sesepuh atau warga masyarakat yang pernah mendengar cerita rakyat Kedawung ini bahkan sampai sekarang di Era modern ini masih ada yang menganut ilmu sesat Kedawung namun tidak memakan korban hanya berubah saja tubuhnya menjadi Kedawung sebagai prasarat nelayan yang tergoda imannya untuk mendapat tangkapan ikan yang banyak. 





 




Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat Bangka Belitung : Kedawung"